Kursor

SpongeBob SquarePants Patrick Star

Kamis, 22 Februari 2018

Pengertian Ilmu Jurnalistik? (Review Pertemuan 1)


Hai semuanya. Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Gimana kabarnya nih semuanya. Semoga Allah SWT selalu melindungi kita, amiin. Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, saya akan menulis sedikit review mengenai pertemuan pertama mata kuliah Jurnalistik. Posting kali ini untuk memenuhi tugas saya ceritanya hehe. Oke kalau begitu langsung saja. Check it out.
Tanggal 19 Februari adalah pertemuan pertama mata kuliah jurnalistik sekaligus kuliah perdana semester ini. Apa yang dilakukan di pertemuan pertama? Yang pasti ada perkenalan dulu guys. Bukan kenalan sama teman sekelas ya. Kalau itu kan pasti sudah saling kenal. Maksud saya disini adalah perkenalan dengan dosen yang mengajar. Saya akan sedikit menulis tentang dosen pengampu mata kuliah Jurnalistik ini. Beliau adalah seorang dosen tapi juga seorang wartawan di salah satu media yang namanya cukup besar di Indonesia. Hebat bukan? Perkenalan di pertemuan pertama kali ini singkat saja karena selanjutnya beliau memberi materi pembukaan mengenai jurnalistik dan apa saja yang akan dipelajari dalam mata kuliah jurnalistik.
Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya bahwa saya juga sempat bingung. Kenapa seorang calon guru, lebih-lebih guru Madrasah Ibtidaiyah kok ada mata kuliah jurnalistik? Padahal berdasarkan yang saya ketahui mata pelajaran di Madrasah Ibtidaiyah tidak ada jurnalistik. Sekalipun ada yang sedikit mirip, tapi itu TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Ini yang akan saya ulas dalam postingan saya kali ini.
Apa sih sebenarnya jurnalistik itu? Ketika pertanyaan pertama muncul pasti banyak pendapat yang berbeda antara mahasiswa satu dengan yang lainnya. Yang ada dalam pikiran saya ketika mendengan kata “jurnalistik” itu pasti ada hubungannya dengan wartawan dan informasi. Dijelaskan oleh dosen pengampu MK Jurnalistik bahwa jurnalistik merupakan kegiatan yang dilakukan yang bertujuan untuk mencari informasi dari narasumber se-faktual mungkin. Kemudian informasi yang didapatkan diunting terlebih dahulu sebelum akhirnya disebarluaskan. Output dari dunia jurnalistik ini bukan sekedar berita yang tertulis di koran saja tetapi juga bisa berupa gambar, foto, video atau bahkan komik.
Mengenai informasi yang dimaksud di atas adalah tentu informasi yang bermanfaat dan dibutuhkan untuk khalayak umum bukan hanya oknum tertentu. Pertanyaannya, bagaimana dengan infotaiment? Apakah berita infotaiment juga masuk dalam kategori jurnalistik? Sepengetahuan saya, berita yang dimuat dalam infotaiment adalah mengenai orang-orang tertentu dan yang dikuak adalah mengenai informasi yang sifatnya privasi bagi seseorang. Berbeda dengan dalam dunia jurnalistik. Akan tetapi dari beberapa artikel yang saya baca ada yang menyebutnya merupakan bagian dari jurnalistik ada juga yang menyebutnya bukan bagian dari jurnalistik. Setiap orang pasti mempunyai pendapat sendiri-sendiri mengenai hubungan infotaiment dan jurnalistik. Pasti juga ada alasan dibalik semua itu. Karena saya masih dalam pembelajaran awal jurnalistik, saya belum bisa menyampaikan pendapat saya mengenai ini. Insyaallah di lain waktu ketika saya benar-benar memahami seluk-beluk dunia jurnalistik itu seperti apa, saya akan menyampaikannya.
Apakah ada sisi negatif dari dunia jurnalistik? Seperti pepatah, tak ada gading yang tak retak. Demikian pula dengan dunia jurnalistik. Sisi negatif dari dunia jurnalistik bisa berasal dari wartawan. Yap, wartawan yang bekerja mencari dan meliput berita berpotensi untuk memunculkan sisi negatif dari dunia jurnalistik contohnya seperti ketika ada wartawan yang memihak dalam meliput berita. Dia cenderung meliput si A dan menampilkan semua sisi baik A dan tidak satu pun keburukan si A diungkapkan. Berbanding terbalik dengan liputan mengenai si B. Isi berita Si B lebih menonjol kekurangannya dan tidak memunculkan sisi baiknya. Hal seperti ini lah yang dimaksud degan wartawan yang memihak salah satu kubu dan merupakan sisi negatif dari dunia jurnalistik. Mohon maaf sebelumnya, saya disini tidak bermaksud menjatuhkan nama baik wartawan atau siapapun. Perlu diketahui bahwa tidak semua wartawan bersikap demikian.
Setelah mengorek sisi negatif dari jurnalistik, tidak ketinggalan sisi positif dari dunia jurnalistik  supaya adil ya. dengan adanya dunia jurnalistik ini, tentu sangat membantu dalam hal penyebarluasan informasi. Jadi, masyarakat bisa lebih up to date mengenai berita yang ada di Indonesia bahkan dunia. Terutama dengan adanya gadget dimana kita bisa mengakses segala berita secara online. Karena berita sudah tersebar luas, jadi masyarakat tidak perlu berbondong-bondong menuju ke TKP untuk mengtahui sebuah berita. Lebih praktis bukan? Tapi tentu saja semua ini harus diiringi dengan rasa tanggung jawab dalam menyampaikan atau membaca berita. Kita sebagai penerima harus bisa memilah mana berita yang real dan yang hoax. Dunia jurnalistik juga mampu memberi wawasan yang lebih luas diluar pendidikan formal. Jurnalistik juga mampu mengasah kreatifitas. Misalnya saja ketika ada berita dan menjadikannya sebuah komik tetapi isinya tidak menyimpang dari berita sebenarnya. Itu merupakan ajang untuk menyalurkan kreatifitas seseorang.
Kemudian pertanyaan selanjutnya ialah apa manfaat seorang guru mempelajari dan memahami ilmu jurnalistik? Seperti yang kita ketahui bahwa sekarang adalah era digital dimana semua menggunakan gadget. Tidak terkecuali anak kecil yang bisa dibilang masih di bawah umur. Bagaimana tidak, sejak balita sudah diperkenalkan dengan handphone oleh orang tua. Sebagai seorang guru yang mengajar dan mendidik, dengan mempelajari ilmu jurnalistik guru akan bisa memberi contoh kepada anak didik bagaimana penggunaan gadget terutama media sosial hingga berita-berita yang tersirat di dalamnya. Seorang guru juga akan mampu menyaring berita yang real dan hoax sebelum disampaikan kepada anak didiknya sehingga semua yang diterima oleh anak didiknya adalah berita yang benar dan tidak menyesatkan.
Selain itu, dengan adanya media sosial seseorang bisa menjadi sosok yang berbeda di dunia maya. Mungkin memang di dunia nyata ia adalah sosok yang santun, berwibawa. Tetapi ternyata di akun media sosial ia adalah sosok yang berbanding terbalik dengan apa yang ada di dunia nyata. Hal ini yang tidak diharapkan terutama dari seorang guru. Seorang guru harus mampu menjadi pribadi yang sama baik di dunia nyata maupun dunia maya, bukannya memiliki kepribadian ganda seperti yang disebutkan di atas.
Pertanyaan terakhir dalam pertemuan pertama kali ini ialah apa harapan dalam mempelajari ilmu jurnalistik? Sesuai dengan yang disebutkan dalam manfaat mempelajari ilmu jurnalistik, harapan saya dalam mempelajari ilmu jurnalistik salah satunya adalah mampu menjadi pribadi yang selektif dan kritis dalam menerima dan menyampaikan suatu berita atau informasi apapun. Di era digital seperti sekarang dimana semuanya serba canggih, dengan mempelajari ilmu jurnalistik saya berharap sebagai seorang calon guru agar mampu mengikuti perkembangan teknologi dan mengambil sisi positifnya untuk diberikan kepada anak didik. Selain itu saya juga berharap agar dapat memberikan contoh kepada anak didik mengenai bagaimana penggunaan teknologi yang baik dan benar serta bermanfaat, tidak hanya memberikan teori saja.
Fotografi dan kepenulisan juga merupakan bagian dari ilmu jurnalistik. Dengan mempelajari ilmu jurnalistik saya berharap mampu menguasai hal-hal yang ada dalam dunia jurnalistik sebagai bekal tambahan bagi saya untuk mengajar nanti. Misalnya menguasai fotografi dan mampu menciptakan hasil pemotretan yang bagus. Nantinya hasil ini akan bisa dijadikan contoh ketika mengajar sehingga anak didik tau bahwa guru tidak hanya bisa mengajarkan teori tetapi ada penerapannya.
Sekian review mata kuliah Jurnalistik pertemuan pertama yang bisa saya tuliskan. Semoga apa yang saya tulis bisa bermanfaat bagi kalian semua ya kawan. Sampai jumpa di postingan selanjutnya. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar