UIN
Sunan Ampel Surabaya menerapkan sistem baru untuk keluar masuk lingkungan
kampus yaitu dengan adanya sistem palang pintu. Salah satu mahasiswa UIN Sunan
Ampel Surabaya, Ery Fuji dari Fakultas Sains dan Teknologi menuturkan “Iya,
memang sekarang dipasang palang pintu untuk keluar masuk kampus,” saat ditemui
di gedung Self Access Center (SAC) pada 26 April 2018.
Kini
UIN Sunan Ampel Surabaya kembali menampilkan wajah baru. Setelah usai membuat
taman-taman menarik di sekitar pintu masuk, kini giliran pintu masuk
mendapatkan treatment dari pihak kampus. Universitas yang kerap dikenal
masyarakat dengan sebutan UINSA kini menerapkan sistem palang pintu di pintu
masuk dan keluar gerbang universitas.
Sayangnya,
menurut Ery sistem palang pintu tersebut kurang difungsikan dengan maksimal.
Setelah dilakukan uji coba pada Bulan Februari, hingga sekarang sistem ini
belum berjalan untuk pengguna sepeda motor.
“Saya
sebenarnya juga merasa diuntungkan dengan belum difungsikannya palang ini. Jadi
kan kalau ke kampus tidak perlu antri lama sekali agar bisa masuk” ungkapnya.
Sistem ini ternyata berdampak negatif saat diuji cobakan.
Uji
coba di akhir Pebruari ternyata tidak membawa hasil yang memuaskan. Terjadi
kemacetan yang mengular hingga Frontage Ahmad Yani. Ery menceritakan
pengalamannya ketika dilakukan uji coba pada palang pintu tersebut. Jumlah
palang pintu yang hanya empat, tidak sesuai dengan kapasitas mahasiswa yang masuk
di waktu yang bersamaan terutama di pagi hari ketika mahasiswa baru memasuki
kampus, begitu menurutnya.
Selain
terbatasnya jumlah palang, lambatnya respon palang agar terbuka setelah menekan
tombol juga menjadi salah satu pemicu terjadinya kemacetan saat uji coba. Di
samping memiliki kekurangan, sistem ini juga memiliki kelebihan.
Setiap
palang pintu dilengkapi dengan kamera CCTV yang dapat merekam lalu lintas
kendaraan yang masuk ke kampus. Dengan adanya CCTV ini mampu meminimalisir
tindak kejahatan di UIN Sunan Ampel.
“Kalau
dibilang setuju sih saya setuju. Toh juga sangat bermanfaat. Tapi
kan yang bikin nggak nyaman itu macetnya. Saya sangat merasa
terganggu.” Ujar Ery. Ery menambahkan bahwa akan lebih baik jika sistem ini
tidak diterapkan di pintu masuk utama kampus, melainkan di pintu masuk parkir
di setiap fakultas.
Mengingat
UINSA sangat minim dan belum tertata mengenai masalah parkir, Ery berpendapat
“Ya kan hal ini bisa diatur, misalnya dengan menjadikan satu areal parkir untuk
dua fakultas dan diberlakukan sistem palang. Jadi kan nggak terlalu berjubel-jubel.”
Kini
sistem pintu palang itu pun belum direalisasikan dan hanya difungsikan saat uji
coba Bulan Februari lalu. Seiring dengan berjalannya waktu, melihat sisi
positif dan negatif yang ditimbulkan dengan adanya sistem palang ini, mahasiswa
berharap agar kampus dapat mengatasinya dengan menemukan solusi dari
permasalahan yang terjadi ketika uji coba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar