Kursor

SpongeBob SquarePants Patrick Star

Jumat, 18 Mei 2018

Laporan Pembuatan Tempe


LAPORAN PROSEDUR PEMBUATAN TEMPE
DENGAN VARIABEL MANIPULASI JUMLAH RAGI

Oleh:
1.         Afifah Cahya Prayogi         (03/X-KI 1)
2.         Afifani Mahviro Prayogi      (04/X-KI 1)
3.         Ainur Rrofiqoh          (09/X-KI 1)
4.         Ari Andriawan           (17/X-KI 1)
5.         Arum Brahmatia                 (18/X-KI 1)
6.         Did Jayana Alimanda         (24/X-KI 1)
7.         Eka Ristanti Andayani        (25/X-KI 1)
8.         Herman Supriadi      (29/X-KI 1)



SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CERME GRESIK
KOMPETENSI KEAHLIAN KIMIA INDUSTRI
Jalan Jurit Kec. Cerme Telp. (031) 7992471, Fax. (031) 7994569 Gresik
E-mail: smkn1cermegresik@yahoo.co.id; Web Site: http://smkn1cermegresik.com

A.      Judul              : Proses Pembuatan Tempe

B.     Tujuan           : 1.  Untuk mengetahui pengaruh jumlah ragi dalam pembuatan
tempe
2.  Untuk menganalisis dan memahami prinsip fermentasi yang terjadi pada kedelai hingga menjadi tempe

C.    Dasar Teori   :
Jenis tempe sebenarnya sangat beragam, bergantung pada bahan dasarnya, namun yang paling luas penyebarannya adalah tempe kedelai, tempe mempunyai nilai gizi yang baik. Disamping itu tempe mempunyai beberapa khasiat, seperti dapat mencegah dan mengendalikan diare, mempercepat proses penyembuhan duodenitis, memperlancar pencernaan , dapat menurunkan kadar kolesterol, dapat mengurangi toksisitas, mencegah anemia, menghambat penuaan serta mampu menghambat resiko jantung koroner, penyakit lainnya.
Untuk membuat tempe, selain diperlukan bahan dasar kedelai juga diperlukan ragi. Ragi merupakan kumpulan spora mikro organisme, dalam hal ini kapang. Dalam proses pembuatan tempe paling sedikit diperlukan empat jenis kapang dari genus Rhizopus, yaitu Rhyzopus oligosporus, Rhyzopus stolonifer, Rhyzopus arrhizus, dan Rhyzopus oryzae. Miselium dari kapang tersebut akan mengikat keping -  keping biji kedelai dan memfermentasikannya menjadi produk tempe. Proses fermentasi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan kimia pada protein, lemak, dan karbohidrat perubahan tersebut meningkatkan kadar protein tempe sampai sembilan kali lipat.





D.    Alat dan Bahan
1.      Alat
Alat yang digunakan dalam proses pembuatan tempe adalah:

No
Nama Alat
Jumlah
Kegunaan
1.
Baskom
2
Pencucian
2.
Panci
1
Perebusan
3.
Kantong Plastik
Secukupnya
Pengemasan
4.
Daun Pisang
Secukupnya
Pengemasan dan Pencampuran Ragi
5.
Kompor
1
Perebusan
6.
Tampah
1
Pencampuran Ragi
7.
Sendok
4
Pencampuran Ragi
8.
Saringan
1
Pencucian
9.
Neraca Ohauss
1
Penimbangan

2.      Bahan
Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan tempe adalah:

No
Nama Bahan
Jumlah
Satuan
1.
Kedelai
500
Gram
2.
Ragi Tempe
7
Gram
3.
Air Bersih
Secukupnya
ml



E.     Prosedur  pembuatan
1.      Menyiapkan alat dan bahan.
2.      Menimbang kedelai ½ kg.
3.      Mencuci kedelai dan memilah kedelai kualitas yang baik dan buruk.
4.      Merendam kedelai selama semalam ( 8 - 9 jam ).
5.      Mencuci kedelai dan memisahkannya dari kulit luarnya.
6.      Merebus kedelai yang sudah dicuci sampai matang ( ±30 menit ).
7.      Mengangkat dan meniriskan, kemudian dinginkan dengan cara dikipasi diatas tampah beralaskan daun pisang.
8.      Membagi  kedelai menjadi 4 bagian:
-          Bagian pertama (⅛ kg kedelai)  dicampur dengan ragi sebanyak 1 gram lalu aduk hingga merata .
-          Bagian kedua (⅛ kg kedelai) dicampur dengan ragi sebanyak 1,5 gram lalu aduk hingga merata.
-          Bagian ketiga (⅛ kg kedelai) dicampur dengan ragi sebanyak 2 gram lalu aduk hingga merata.
-          Bagian keempat (⅛ kg kedelai) dicampur dengan ragi sebanyak 2,5 gram lalu aduk hingga merata.
9.   Membungkus kedelai dengan kantong plastik yang di dalamnya telah diberi  daun pisang terlebih dahulu.
10.  Melubangi plastik dengan lidi secara merata untuk ventilasi saat fermentasi.
11.  Diamkan selama 1x24 jam sampai fermentasi berjalan sempurna.







F.      Diagram Alir
Rounded Rectangle: ½ kg Kedelai
Rounded Rectangle: Dibersihkan
Rounded Rectangle: Direndam 1 malam
 





 














  1. Data Pengamatan
Variabel kontrol    : Jumlah kedelai, waktu penyimpanan, tempat penyimpanan ( suhu ruang )
            Variabel manipulasi : Jumlah ragi
            Variabel respon         : warna, bau, rasa, jumlah mikroba
No
Jumlah Kedelai
Jumlah Ragi
Hasil
Warna
Bau
Rasa
Jumlah Mikroba
1
⅛ kg kedelai
1 gram
Tidak Berubah
Tidak berbau
-
Hampir tidak terdapat mikroba
2
⅛ kg kedelai
1,5 gram
Tidak Berubah
Tidak berbau
-
Terdapat mikroba namun jumlahnya sangat sedikit
3
⅛ kg kedelai
2 gram
Tidak Berubah
Agak berbau seperti tempe
-
Terdapat mikroba yang jumlahnya lebih banyak daripada variable ke-2
4
⅛ kg kedelai
2,5 gram
Tidak Berubah
Berbau seperti tempe
-
Terdapat mikroba yang merata pada tempe
NB: tanda (-) berarti kelompok kami tidak mencicipi rasa dari tempe hasil percobaan. Variabel yang berhasil hanya yang ke-4 dan hasilnya dikumpulkan tanpa dicoba.
Gambar tempe sebelum dan sesudah difermentasikan selama 1 malam
Sebelum Difermentasikan
⅛ kg kedelai
1 gram ragi
⅛ kg kedelai
1,5 gram ragi
⅛ kg kedelai
2 gram ragi
⅛ kg kedelai
2,5 gram ragi
Sesudah Difermentasikan
⅛ kg kedelai
1 gram ragi
⅛ kg kedelai
1,5 gram ragi
⅛ kg kedelai
2 gram ragi
⅛ kg kedelai
2,5 gram ragi



  H.    Analisis Data
Pada percobaan pembuatan tempe, kedelai sebelum digunakan harus melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.    Proses Sortasi
Proses sortasi yaitu pembersihan kedelai kering dari bebatuan atau bahan lain yang tidak seharusnya ada dalam pembuatan tempe. Proses ini termasuk proses yang penting dilakukan karena jika masih terdapat sampah-sampah akan mengganggu hasil akhir dari tempe.
2.    Proses Pencucian
Kedelai yang telah dibersihkan tadi, dicuci dengan menggunakan air bersih yang bertujuan untuk kembali membersihkan berbagai kotoran ketika mencuci, dilakukan pula pengadukan dengan tangan agar sampah-sampah ringan seperti kulit kedelai atau kedelai yang kurang baik akan timbul, dan kemudian disaring dengan saringan.
3.    Proses Perendaman
Proses ini dilakukan selama 8-9 jam. Proses perendaman ini bertujuan agar proses perbusan tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama.
4.    Proses Pengupasan
Proses ini adalah proses pengupasan kulit kedelai dari bijinya. Kedelai yang telah dicuci dan direndam akan menyebabkan kulit kedelai tersebut mudah dilepaskan. Proses ini dilakukan dengan cara manual (tangan) atau bisa juga menggunakan mesin pengupas kulit kedelai.
5.    Proses Perebusan
Proses ini dilakukan dengan menggunakan air mendidih ±30 menit. Tujuannya adalah agar kedlai yang dihgasilkan lebih lunak dan kulit kedelai mudah terlepas.
6.    Proses Penirisan
Proses ini dilakukan untuk mengeringkan biji kedelai dari air sisa hasil rebusan.  Jika kedelai masih dalam kondisi basah tetap diragi, kedelai yang dihasilkan akan tidak maksimal dimana strutur tempe akan menjadi lunak dan hancur, serta jaringan misel (yang berwarna putih pada tempe) akan sedikit terbentuk. Tempe dengan kualitas yang baik adalah tempe dengan banyak terdapat jaringan putih tersebut sehingga struktur tempenya menjadi lebih kompak.
7.        Proses Peragian
Ragi yang digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan, karena kelompok kami menggunakan ragi sebagai variable manipulasi. Jumlah ragi yang seharusnya adalah 1-2% dari jumlah kedelai. Kedelai yang digunakan adalah 1/8 kg sehingga ragi yang dibutuhkan adalah 2,5 gram.
8.        Proses Pengadukan
Proses ini harus dilakukan secara merata dengan cara diaduk dengan baik sehingga ragi dapat merata ke seluruh biji kedelai.
9.        Pembungkusan
Pembungkusan dapat menggunakan daun pisang atau dengan plastik, tetapi terlebih dahulu dilubangi. Pelubangan pada bungkus plastik bertujuan agar jamur tempe mendapat udara dan dapat tumbuh dengan baik.
10.    Proses Pemeraman (Fermentasi )
Proses ini adalah proses mendiamkan tempe selama 1 malam agar ditumbuhi  jamur.
Pada percobaan pembuatan tempe kelompok kami, ada 4 variabel manipulasi:
1.    ⅛ kg kedelai dengan jumlah ragi 1 gram
Hasilnya hampir tidak ada mikroba yang tumbuh. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh perbandingan penggunaan jumlah ragi dan jumlah kedelai yang tidak sesuai, sehingga ragi tidak dapat merata dan kedelai tidak ditumbuhi mikroba. Pada variabel pertama, warna dan baunya sama seperti saat belum difermentasi.
2.    ⅛ kg kedelai dengan jumlah ragi 1,5 gram
Hasilnya sangat jarang mikroba yang tumbuh. Sama dengan sample yang pertama, kemungkinan hal ini disebabkan oleh perbandingan penggunaan jumlah ragi dan jumlah kedelai yang tidak sesuai, sehingga ragi tidak dapat merata dan kedelai sangat jarang ditumbuhi mikroba. Pada sample kedua, warna dan baunya sama seperti saat belum difermentasi.
3.    ⅛ kg kedelai dengan jumlah ragi 2 gram
Hasilnya mikroba yang tumbuh pada kedelai lebih banyak daripada yang tumbuh di sample 1 dan 2. Hal ini disebabkan perbandingan jumlah ragi dan jumlah kedelai yang digunakan mendekati perbandingan yang benar. Warnanya masih tetap dan terdapat jaringan misel (yang berwarna putih). Baunya juga seperti tempe.
4.    ⅛ kg kedelai dengan jumlah ragi 2,5 gram
Hasilnya banyak mikroba yang tumbuh. Hamper jadi seperti tempe. Hal ini disebabkan penggunaan jumlah ragi dan jumlah kedelai ssesuai dengan perbandingan. Warnanya masih tetap dan terdapat jaringan misel (yang berwarna putih). Baunya juga seperti tempe.
Jaringan misel (warna putih) yang tumbuh pada tempe milik kelompok kami tidak merata. Kami memperkirakan hal ini disebabkan saat kami mencampurkan ragi tidak begitu merata sehingga jamur yang tumbuh tidak di keseluruhan melainkan di bagian tertentu.

                I.       Kesimpulan
1.      Dari percobaan pembuatan tempe dapat disimpulkan bahwa pada kacang kedelai yang telah difermentasikan itu dinyatakan telah menjadi tempe apabila terdapat jaringan misel berwarna putih.
2.      Bahan dasar yang paling bagus untuk pembuatan tempe adalah kacang kedelai.
3.      Semakin banyak jumlah jumlah berat ragi yang digunakan, hasil tempe y6ang diperoleh lebih optimum (usahakan sesuai perbandingan, apabila berlebihan akan menyebabkan tempe busuk).
4.      Aerasi mempengaruhi kualitas tempe yang dihasilkan
5.      Pada percobaan pembuatan tempe memerlukan mikroorganisme Rhyzopus sp, jamur ini akan mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna karena adanya perubahan-perubahan kimia pada protein, lemak, dan karbohidrat.

DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, Susi. 2006. PELITA Biologi SMA. Jakarta: Arya Duta Pratiwi, D. A., dkk. 2007. Biologi SMA. Jakarta: Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar