Kursor

SpongeBob SquarePants Patrick Star

Minggu, 25 Maret 2018

Teks Cerita Sejarah


Menelusuri Jejak Bakso Jumbo Legendaris
(Sejarah Berdirinya Rumah Makan Bakso Kedanyang)
Bagi orang yang menyukai wisata kuliner, makanan bakso menjadi salah satu hal yang biasa mereka jumpai. Bakso merupakan bola daging yang lazimnya berukuran sama dengan bola pingpong. Namun seiring berkembangnya zaman, manusia semakin kreatif membuat inovasi-inovasi baru yang lebih menarik. Salah satunya adalah bakso yang berukuran jumbo yang sama besarnya dengan bola tenis atau bahkan lebih besar lagi. Di kabupaten Gresik, bakso jumbo yang namanya cukup terkenal adalah Bakso Kedanyang.
Rumah makan Bakso Kedanyang ini didirikan oleh seorang bapak dari tiga anak yang memiliki nama lengkap Ahmad Ri’fai atau lebih akrab dipanggil Cak Mat, sesuai dengan plakat yang ada di rumah makannya. Rumah makan Bakso Kedanyang sudah berdiri sejak akhir tahun 1993.
Sebelum berdirinya rumah makan ini, Cak Mat juga pernah menjalani usaha berjualan bakso keliling di Gresik Kota dan sekitar Telaga Pojok. Mulai dari tahun 1984 Cak Mat menekuni usahanya berjualan bakso keliling dengan harga Rp. 2500 setiap porsinya. Hingga pada tahun 1993 seorang tetangga memberinya saran agar ikut bergabung dalam proyeknya. Cak Mat kemudian memutuskan untuk megikuti proyek itu dan berhenti berjualan bakso.
Sekitar kurang lebih satu tahun lamanya bekerja di proyek tepatnya pada akhir tahun 1993, Cak Mat berkeinginan untuk membuka usaha bakso lagi, tetapi tidak keliling melainkan di rumahnya yaitu di Jalan Raya Kedanyang No.6. Keinginan ini tiba-iba muncul dari hatinya dan membuatnya berpikir agar bakso yang dibuatnya bisa menarik banyak orang. Cak Mat kemudian membuat bakso yang berbeda dari bakso-bakso biasanya dari segi ukuran. Cak Mat membuat bakso yang berukuran jumbo. Resep yang digunakan untuk membuat bakso jumbo ini berasal dari Cak Mat sendiri, bukan resep yang turun-temurun. Menurut penjelasan dari Cak Mat, tidak ada yang membedakan rasa baksonya dengan bakso-bakso yang lain. Hanya saja bakso jumbo miliknya adalah yang pertama di Kedanyang. Inilah yang membuat nama Bakso Kedanyang sangat melegenda. Alasan suami Ibu Rokhana membuka usaha bakso hanya karena merasa cocok dengan warung makan bakso dan beliau bisa membuatnya. Menurut beliau, beliau tidak cocok jika harus membuka dan mengembangkan usaha yang lain selain bakso.
Saat pertama kali membuka rumah makan Bakso Kedanyang, Cak Mat mampu menghabiskan daging sebanyak 3 kg dalam 2 hari. Awalnya bakso ini dijual dengan harga Rp. 10.000 setiap porsinya. Hingga akhirnya ada seseorang yang berasal dari daerah Giri memesan baksonya dan Cak Mat menaikkan harga bakso menjadi Rp. 15.000 setiap porsinya. Harga inilah yang berlaku hingga sekarang.
Hingga saat ini warung makan Bakso Kedanyang hanya ada di Kedanyang saja.  Cak Mat tidak mau membuka cabang di tempat lain karena mengaku sulit untuk mencari pegawai yang dapat dipercaya sepenuhnya. Beliau berkata seperti ini berdasarkan pengalaman yang sudah dirasakannya. Membangun usaha hingga melegenda seperti sekarang ini Cak Mat mengalami bermacam-macam halangan. Baik itu dari teman, keluarga maupun yang lainnya. Bakso Kedanyang milik Cak Mat bahkan pernah diisukan mengandung tikus, “ya itulah namanya bisnis” tukasnya.
Sekarang warung makan Bakso Kedanyang tidak hanya menawarkan menu bakso. Ada menu baru yang ditawarkan oleh Cak Mat yaitu soto kikil. Sayangnya di hari-hari setelah lebaran idul adha, Cak Mat libur menjual soto kikil karena masyarakat kemungkinan masih mempunyai banyak stok daging.
Untuk menjalankan usahanya, Cak Mat merekrut 5 pegawai yang berasal dari keluarga dan orang terdekatnya yang bisa dipercaya. Jika ditanganinya sendiri, Cak Mat mengaku kewalahan karena setiap harinya warung makan Bakso Kedanyang mampu menjual bakso hingga 500 porsi atau bahkan bisa lebih. Bahkan di hari libur, porsi yang terjual semakin banyak hingga mencapai 2000 porsi.


Nama Kelompok :
1.      A. Aliafi Busyro             (06/XII-KI 1)
2.      Aminuddin                     (14/XII-KI 1)
3.      Dedik Kurniawan           (21/XII-KI 1)
4.      Eka Ristanti Andayani   (25/XII-KI 1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar