Menelusuri Jejak Bakso Jumbo Legendaris
(Sejarah Berdirinya
Rumah Makan Bakso Kedanyang)
Bagi orang yang
menyukai wisata kuliner, makanan bakso menjadi salah satu hal yang biasa mereka
jumpai. Bakso merupakan bola daging yang lazimnya berukuran sama dengan bola
pingpong. Namun seiring berkembangnya zaman, manusia semakin kreatif membuat
inovasi-inovasi baru yang lebih menarik. Salah satunya adalah bakso yang
berukuran jumbo yang sama besarnya dengan bola tenis atau bahkan lebih besar
lagi. Di kabupaten Gresik, bakso jumbo yang namanya cukup terkenal adalah Bakso
Kedanyang.
Rumah makan
Bakso Kedanyang ini didirikan oleh seorang bapak dari tiga anak yang memiliki
nama lengkap Ahmad Ri’fai atau lebih akrab dipanggil Cak Mat, sesuai dengan
plakat yang ada di rumah makannya. Rumah makan Bakso Kedanyang sudah berdiri
sejak akhir tahun 1993.
Sebelum
berdirinya rumah makan ini, Cak Mat juga pernah menjalani usaha berjualan bakso
keliling di Gresik Kota dan sekitar Telaga Pojok. Mulai dari tahun 1984 Cak Mat
menekuni usahanya berjualan bakso keliling dengan harga Rp. 2500 setiap
porsinya. Hingga pada tahun 1993 seorang tetangga memberinya saran agar ikut
bergabung dalam proyeknya. Cak Mat kemudian memutuskan untuk megikuti proyek
itu dan berhenti berjualan bakso.
Sekitar kurang
lebih satu tahun lamanya bekerja di proyek tepatnya pada akhir tahun 1993, Cak
Mat berkeinginan untuk membuka usaha bakso lagi, tetapi tidak keliling
melainkan di rumahnya yaitu di Jalan Raya Kedanyang No.6. Keinginan ini
tiba-iba muncul dari hatinya dan membuatnya berpikir agar bakso yang dibuatnya
bisa menarik banyak orang. Cak Mat kemudian membuat bakso yang berbeda dari
bakso-bakso biasanya dari segi ukuran. Cak Mat membuat bakso yang berukuran
jumbo. Resep yang digunakan untuk membuat bakso jumbo ini berasal dari Cak Mat
sendiri, bukan resep yang turun-temurun. Menurut penjelasan dari Cak Mat, tidak
ada yang membedakan rasa baksonya dengan bakso-bakso yang lain. Hanya saja
bakso jumbo miliknya adalah yang pertama di Kedanyang. Inilah yang membuat nama
Bakso Kedanyang sangat melegenda. Alasan suami Ibu Rokhana membuka usaha bakso
hanya karena merasa cocok dengan warung makan bakso dan beliau bisa membuatnya.
Menurut beliau, beliau tidak cocok jika harus membuka dan mengembangkan usaha
yang lain selain bakso.
Saat pertama
kali membuka rumah makan Bakso Kedanyang, Cak Mat mampu menghabiskan daging
sebanyak 3 kg dalam 2 hari. Awalnya bakso ini dijual dengan harga Rp. 10.000
setiap porsinya. Hingga akhirnya ada seseorang yang berasal dari daerah Giri
memesan baksonya dan Cak Mat menaikkan harga bakso menjadi Rp. 15.000 setiap
porsinya. Harga inilah yang berlaku hingga sekarang.
Hingga saat ini
warung makan Bakso Kedanyang hanya ada di Kedanyang saja. Cak Mat tidak mau membuka cabang di tempat
lain karena mengaku sulit untuk mencari pegawai yang dapat dipercaya
sepenuhnya. Beliau berkata seperti ini berdasarkan pengalaman yang sudah
dirasakannya. Membangun usaha hingga melegenda seperti sekarang ini Cak Mat
mengalami bermacam-macam halangan. Baik itu dari teman, keluarga maupun yang
lainnya. Bakso Kedanyang milik Cak Mat bahkan pernah diisukan mengandung tikus,
“ya itulah namanya bisnis” tukasnya.
Sekarang warung
makan Bakso Kedanyang tidak hanya menawarkan menu bakso. Ada menu baru yang
ditawarkan oleh Cak Mat yaitu soto kikil. Sayangnya di hari-hari setelah
lebaran idul adha, Cak Mat libur menjual soto kikil karena masyarakat
kemungkinan masih mempunyai banyak stok daging.
Untuk
menjalankan usahanya, Cak Mat merekrut 5 pegawai yang berasal dari keluarga dan
orang terdekatnya yang bisa dipercaya. Jika ditanganinya sendiri, Cak Mat
mengaku kewalahan karena setiap harinya warung makan Bakso Kedanyang mampu
menjual bakso hingga 500 porsi atau bahkan bisa lebih. Bahkan di hari libur,
porsi yang terjual semakin banyak hingga mencapai 2000 porsi.
Nama Kelompok :
1.
A. Aliafi Busyro (06/XII-KI
1)
2.
Aminuddin (14/XII-KI
1)
3.
Dedik Kurniawan (21/XII-KI
1)
4.
Eka Ristanti Andayani (25/XII-KI
1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar